Sabtu, 28 November 2015

Tahap Perkembangan Manusia: Masa Remajaku

Pagi ini 27 November 2015, jumat, aku bangun seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda di pagi ini. Perbedan ini muncul dalam diriku. Diriku ingin berkembang dan belajar terus menerus. Dari mana keinginan ini? Aku juga tidak tahu. Mungkin aku tahu, tetapi untuk saat ini aku lupa.

Setelah banyak membaca secara online baik berita maupun opini di situs kesukaanku kemudian aku membuka buku “Psikologi Umum”. Buku ini sebenarnya bukanlah milikku melainkan hasil pinjaman dari temanku untuk keperluan dasar teori buat skripsi. Setelah mengamati daftar isi dari buku ini, aku tertarik untuk membaca bagian Tahapan Perkembangan Manusia.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa sebenarnya pertumbuhan itu berbeda dengan perkembangan. Perbedaan tersebut terletak pada proses dan hasilnya. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran. Sedangkan perkembangan adalah pertambahan sifat.

Hal menarik dalam buku ini adalah yang membahas fase perkembangan manusia. Ada banyak teori dalam fase perkembangan manusia, mulai dari Charlotte Buhler, Elisabeth B. Hurlock, Erik Erikson, Robert J. Havighurst. Teori yang lengkap menurut aku disampaikan oleh Elisabeth B. Hurlock.

Elisabeth dalam bukunya yang berjudul “Developmental Psycology” menyampaikan bahwa fase perkembangan manusia dibagi menjadi empat tahapan. Keempat tahapan tersebut adalah prenatal (sebelum lahir), masa natal, remaja, dan dewasa. Aku lebih tertarik untuk mendalami masa remaja dan dewasa.

Dalam masa remaja, tahapan perkembangan manusia dibagi lagi menjadi tiga yaitu praremaja (11/12-13/14 tahun), remaja awal (13/14-17 tahun), dan remaja lanjut (17-20/21 tahun). Pada tahapan remaja awal merupakan tahapan dimana manusia sedang mencari identitas dirinya dan pada saat itu manusia sedang kacau-kacaunya atau statusnya tidak jelas.

Lanjut pada tahap remaja awal yaitu masa dimana remaja sedang begitu idealis untuk mempertahankan idenya dan memiliki cita-cita tinggi yang harus dicapai. Pada tahapan remaja lanjut ini, aku merasakan betul bahwa pada saat itu aku adalah manusia yang begitu idealis. Aku begitu semangat untuk mempertahankan argumen atau pendapat yang aku memiliki terkait pandangan atas suatu obyek. Misalnya: kebahagianku akan muncul ketika aku telah lulus kuliah.

Sementara itu, terkait dengan cita-cita, aku saat SMA kelas tiga memiliki cita-cita bahwa aku harus kuliah. Dengan cita-cita tersebut membuat rencana dan strategi agar aku dapat kuliah. Salah satu strategi yang aku buat adalah menyamakan kemampuan dengan jurusan yang akan aku pilih. Kemudian aku memilih jurusan Kehutanan karena aku rasa aku akan diterima di sana. Sebab, tingkat keterimaannya menurutku lebih mudah pada saat itu tahun 2012 dan ada kakak kelas aku yang diterima di jurusan tersebut. Kedua alasan itulah yang membuat diriku memutuskan untuk memilih Kehutanan UGM, di samping itu terdapat faktor-faktor yang lain.


Itulah ceritaku pada tahap perembangan diriku saat remaja. Kemudian setelah remaja, ada tahapan dewasa. Tahapan ini lah yang sedang aku alami. Masa dewasa dibagi menjadi dua yaitu dewasa awal (21-40 tahun) dan menengah (40-60 tahun). Saat ini aku sedang mengalami masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan mengembangkan sifat-sifat, nilai-nilai serba baru. Ketiga hal tersebut sedang aku lakukan dan alami. 

Namun, untuk cerita tahapan dewasa awal dipending dulu karena banyak hal yang terjadi dan berubah pada diriku di masa ini. Jadi perlu banyak kata-kata dan waktu untuk mencurahkan itu semua. Tunggu aja ditulisanku selanjutnya. Semoga muncul hehe. Terimakasih. 

Senin, 16 November 2015

Mempertanyakan Diri


Foto: Petir Menyambar

Sore hari di pertengahan bulan november awan mencurahkan isinya ke bumi. Dinginnya hujan menembus kulitku. Rasa dingin yang khas. Ini hujan yang ke empat atau lima di bulan ini.

Beberapa saat kemudian petir pun menyambar. Glegekk dooor. Tapi suara petir ini tak begitu kuat. Mungkin dia ingin menyapa aku yang sedang ada di kamar. “Hai, apa kabar?” mungkin kalimat itu yang ingin ia ucapkan kepadaku. Seraya dalam hati aku menjawab “Aku baik di sini”.

Namun, beberapa saat kemudian dia bersuara lagi dan lebih keras. Dalam hati aku bertanya “Apakah ada yang salah dengan diriku ini wahai petir? Kalau ada yang salah beri tahu aku.” Aku pun hanya bisa bertanya-tanya dalam pikiranku ini. Ah...

Selasa, 22 September 2015

Hidup Di Dunia Ini, Enggak Usah Ngoyo

Foto: anak SD yang tersenyum secara alami
Ini adalah tulisanku baut diriku pada bulan Juni lalu, saat sebelum puasa. Pada saat itu, mungkin sekarang masih,jika kamu melihat diriku, kamu pasti akan bilang, “Kamu sehat Jok?”. Pertanyaan itulah yang banyak ditanyakan temenku. Sperti hari jumat kemarin habis sholat jumat di masjid kampus kehutanan, temenku yang asalnya sama denganku bertanya, sehat jok? Aku menjawab, ora. Dalam hati aku menjawab, kamu lihat kan wajahku kayak apa, itu kondisiku. Aku depresi, kata ilmu psikologi. Semua ciri-ciri seseorang yang sedang depresi ada diriku. Aku mudah lelah, aku insomia, aku tidak memiliki hasrat, aku pengen sendiri, aku merasa diriku yang bersalah, dan sebagainya. Iya secara ciri-ciri aku dapat dikatakan depresi.

Kata ilmu psikologi, depresi dapat dihilangkan dengan refresing atau jalan-jalan. Menurutku teori itu salah karena hari selasa dan rabu kemarin aku sudah jalan-jalan ke Semarang, tetapi tetap saja depresi lagi. Jalan-jalan hanya menghilangkan depresi sebentar saja, setelah selesai jalan-jalan, kamu akan merasa depresi lagi. Jadi saranku, jika kamu depresi kamu nggak usah jalan-jalan. Ini hipotesis pertama ku.

Hipotesis ke dua ku, aku sedang tidak mengalami depresi karena secara teori jika akan jalan-jalan maka depresiku akan tidak akan depresi lagi. Namun, nyatanya aku masih dalam kondisi seperti ini, bisa jadi tori depresi itu tetap benar dan apa yang aku alami bukan depresi, tetapi gangguan mental lainnya.

Bosen ah bahas teori psikologi barat yang membuat diriki kita merasa paling hebat sendiri. kenapa seperti itu? Nanti aku bahas pada tulisan yang lain. Sekarang kita kembali lagi melanjutkan obrolanku dengan temanku yang asalnya sama denganku tadi.
“Kok mutek banget sih jok”. Tahu artinya? Kok pusing banget sih jok, itu lah perkataan temenku. Sebelum dia ngomong kayak gitu, aku bilang ke dia, kalau aku sedang pusing selama satu bulan ini. Ya, aku pusing sekali selama sebulan terakhir ini. tak tahu apa yang aku pikirkan. Aahhh.

“Hidup dibuat santai aja lah Jok,” temenku melanjutkan. Itu nasehat dari temenku. Hidup ini dibuat santai aja. Memang benar sih, seharusnya hidup ini dibuat santai aja, nggak usah ngoyo. Hal senada juga diungkapkan oleh Mostofa Bisri atau biasa disapa Gus Mus, kyai dan budayawan asal Rembang. Dia mengatakan bahwa, karena rasanya kita akan hidup abadi di dunia ini maka kita nggak usah ngoyo atau ngotot dengan dunia ini. Namun, sebaliknya, untuk akhiratmu karena kamu akan mati besok pagi segera ke akhirat maka bergegaslah. Nasehat gus mus tersebut merupakan penafsirannya atas doa fid-dunnya hasanah wafil akhirati hasanah.

Jokowi Belajar Menjadi Presiden RI

Foto: Presiden Joko Widodo
“Jok, piye kui presidenmu?,” tanya penjaga warung bubur kacang ijo (burjo) samiasih di dekat kosanku yang mengagetkan lamunanku di warung itu.

Sebelum menjawab dalam hati aku berkata, “kui juga presidenmu nil!”

“Piye apane nil?,” tanya ku kepada dia. Sebenarnya apa maksud pertanyaannya.

“Sekarang rupiah hampir menembus 15.000 per dolarnya. Pye iki? Sekarang semuanya pada naik, apa-apa naik. Ganti wae lah Jokowi ora pecus.” Daniel protes kepadaku. Aku menjadi tumpahan protes Daniel karena Jokowi adalah presiden yang aku pilih pada pemilu tahun 2014 kemarin.

Dengan nada acuh aku menjawab protesnya, “ah boh ben lah kono.”

Namun, sebenarnya aku tak acuh dengan masalah ini. Dalam hati aku berkata, “Ada banyak hal yang membuat ekonomi sekarang menjadi seperti ini; tetapi yang pasti Gubernur Bank Indonesia saat ini, Agus Martowijoyo, tidak berani melakukan kebijakan-kebijakan moneter untuk memulihkan keadaan ekonomi Indonesia. Sementara itu, Presiden Jokowi masih mencari “cara” untuk mengelola negeri yang begitu besar ini. Jokowi masih “belajar” menjadi presiden Indonesia.

Senin, 21 September 2015

Menjadi Diri Sendiri Lewat Cerita Perasaan

Foto: orang ngobrol
Indonesia dikenal dengan negara yang basa basi, menurutku. Anda boleh membantahnya. Silahkan, maka saya juga basa basi ditulisan nini. Namun, sebanarnya aku bukanlah orang suka basa basi. Mungkin, tulisanku agak ribet dan muter-muter.

Aku telah sadar bahwa selama ini aku salah menilai orang lain. Dulu, aku mengangap bahwa orang lain itu tidak pernah peduli kepadaku dan tidak mau atau tidak paham atas konsdisi atau perasaanku. “Mengapa meraka tidak paham?,” otakku bertanya. Setelah beberapa minggu aku paham bahwa mereka melakukan semua itu kepadaku karena mereka tidak tahu apa yang aku rasakan.

”Gimana mau ngerti dan memahami mu nyatanya kamu tidak menceritakan pemikiran dan perasaanmu!” pikiranku menimpali. Seharusnya, menurut buku “The Power of Reciving” orang yang menyembunyikan dirinya yang sejati maka dia tidak dapat menerima dan memberi. Orang tersebut tidak akan menerima dirinya seutuhnya; dan di samping itu orang tersebut tidak akan diberi oleh orang lain. Ini pemahamanku atas buku tersebut. Sehingga jika dihubungkan dengan diriku, maka orang lain tidak dapat memahami perasaan, kondisi, dan pemikiranku karena aku tidak menceritakannya kepada orang lain. Jika aku menceritakannya maka aku akan mendapatkan perhatian dan kepedulian atau empati dari orang lain.

Dan diakhir bab ke dua buku tersebut ada kalimat yang nyambung dengan kasusku dan mungkin kasus orang lain juga. Buku tersebut menasehati, ceritakan lah perasaanmu kepada orang lain. Apa yang kamu rasakan “tolong” untuk dikatakan kepada orang lain. Hal ini dikarenakan jika kamu menceritakan apa yang menjadi perasaanmu maka kamu telah menjadi dirimu sendiri. Dirimu yang apa adanya. Bukan dirimu yang kamu buat buat. Jika orang lain tahu bahwa dirimu seperti itu maka membuka peluang bagi orang lain memberi kepadamu.

Akan tetapi, jangan mengeluh! “Dilarang mengeluh! Karena tidak ada penderitaan yang didengarkan”. Mengeluh berbeda dengan mengungkapkan perasaan yang seutuhnya. Mengeluh adalah cara kita untuk tidak dapat menerima keadaan. Sedangkan, mengungkapkan perasaan yang seutuhnya adalah cara untuk dapat menerima keadaan dan membuka peluang untuk menerima hal-hal baru.

10 Penyakit Ini Akan Muncul Ketika Kamu Sering Begadang

Foto: seseorang sedang bagadang
Tidur yang kurang mempengaruhi kesehatan tubuh Anda. Tidur yang larut malam, tetapi ingin bangun pagi-pagi adalah hal tidak baik bagi kesehatan tubuh. Karena tubuh Anda butuh waktu istirahat sekitar 7-8 jam per harinya.

Di era modern ini, begadang adalah hal yang sering dilakukan oleh banyak orang, mungkin juga Anda. Anda berjaga tidak tidur sampai larut malam untuk beberapa alasan. Alasan tersebut biasanya karena pekerjaan atau tugas yang harus diselesaikan, menonton film, berkumpul bersama teman-teman atau bahkan sekedar untuk main game.

Namun, perlu Anda ketahui bahwa begadang mempunyai efek negatif. Ada berbagai penyakit yang akan timbul akibat begadang.

1. Lemas atau kurang semangat
Terlalu sering begadang dan kurang istirahat menyebabkan energi tubuh akan terkuras. Akibatnya Anda akan merasa lemas dan kurang semangat di siang harinya.

2. Masuk Angin
Akibat dari begadang juga dapat menyebabkan masuk angin. Tubuh yang seharusnya sudah istirahat tetapi, masih dipaksa untuk tetap aktif serta ditambah lagi biasanya saat begadang orang akan mengkonsumsi cemilan dan minum kopi. Inilah yang membuat perut kembung dan masuk angin.

3. Sakit Kepala
Sering merasa tak nyaman pada bagian kepala saat bangun terlalu siang dan tidur malam? Ini adalah salah satu akibat dari kurang tidur karena banyak begadang. Sedikit demi sedikit bagian dari sel otak akan mengalami masalah karena Anda tidak cukup istirahat.

4. Insomnia
Seringnya Anda melek di malam hari dan masih harus beraktivitas di siang harinya, maka akibatnya tubuh akan terbiasa dengan keadaan ini. Ketika Anda mencoba untuk tidur pada jadwal tidur yang sebenarnya, Anda akan mengalami susah tidur. Hal inilah yang menyebabkan begadang dapat menimbulkan insomnia jangka panjang.

5. Pikun
Begadang akan membuat pikun usia muda. Ketika tidur otak akan mengingat informasi yang diperoleh dalam sehari. Karena saat tidur otak akan menggabungkan memori eksplisit dan implisit. Jika terlalu sering begadang, maka fungsi otak yang satu ini akan tidak berjalan sehingga menyebabkan kepikunan.

6. Kurang konsentrasi
Saat anda begadang pada malam hari biasanya Anda akan merasa kantuk pada siang harinya. Rasa kantuk ini karena Anda kurang tidur. Akibanya rasa kantuk ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat konsentrasi saat anda beraktivitas.

7. Depresi
Kebiasaan begadang tiap malam tak dapat dianggap remeh. Tidur kurang dari 5 jam perhari selama 7 hari dapat menyebabkan stres, marah, sedih, dan kelelahan mental. Bahkan dapat pula menimbulkan gejala depresi.

8. Penyakit jantung
Studi mendapati kurang tidur menyebabkan berbagai masalah kesehatan.  Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa serangan jantung lebih sering terjadi pada pekerja malam.

9. Diabetes dan obesitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pekerja yang tidur selalu sedikit pada waktu yang salah mungkin menderita diabetes tipe dua dan obesitas.

10. Stroke
Tuntutan pekerjaan dan keluarga nyaris tidak berhenti dari sebelum fajar hingga tengah malam. Kalau Anda tidak mahir mengatur waktu tidur, akibatnya bisa memicu penyakit stroke.

Itulah beberapa penyakit yang akan timbul jika Anda sering begadang.  Jika Anda sekarang masih begadang, sebaiknya Anda mengubah pola tidur agar tubuh Anda istirahat dengan teratur dan cukup. Namun, jika begadang adalah sebuah kewajiban dan tidak bisa dihindari, maka sebaiknya barengi dengan kebiasaan lain yang sehat; seperti mengatur pola makan penuh nutrisi dan dan rajin berolahraga.

Selasa, 30 Juni 2015

Remaja, Masa Rawan HIV

Ilustrasi: HIV/AIDS

HIV/AIDS adalah masalah kesehatan serius seluruh negara di dunia termasuk Indonesia selama 20 tahun terakhir. Human Immunodeficiency Virus (HIV)  sendiri adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita mulai lemah, maka timbullah masalah kesehatan. Gejala yang umumnya timbul antara lain demam, batuk, atau diare yang terus-menerus. Kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

Penyakit yang dilaporkan pertama kali pada tahun 1981 ini bersifat pandemik dan berbahaya. Pada tahun 2006 UNAIDS memperkirakan 65 juta orang teridap dan 25 juta orang mengalami kematian akibat HIV/AIDS. Selanjutnya, menurut data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2009 telah terjadi peningkatan sangat cepat terhadap kasus ini, terdapat 38 juta orang meninggal akibat AIDS, sebanyak 60 juta jiwa terinfeksi HIV baru dan sebanyak 50,3 juta jiwa sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hal yang sama terjadi di Indonesia, kasus ini meningkat begitu tajam sejak awal penemuannya tahun 1987 di Bali. Menurut data Departemen Kesehatan secara kumulatif sampai Maret 2011 terdapat 24.482 kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Satu hal yang sangat mengkhawatirkan adalah kasus HIV/AID terbanyak pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%) dimana pada kelompok tersebut sebagian masuk remaja (15-24 tahun). Berdasarkan survei BKKBN menyebutkan bahwa karakteristik umur potensial yang rawan tertular HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja yaitu 31% yang terdiri dari 7% berumur di bawah 20 tahun dan 24% berumur antara 20-24 tahun. Dengan data tersebut menunjukkan bahwa remaja adalah populasi yang paling beresiko terkena HIV/AIDS.

Hal tersebut tak terlepas dari sifat dari remaja sendiri. Remaja adalah masa yang paling labil secara emosi sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Sehingga dalam memilih teman atau lingkungan sebaiknya hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang nantinya dapat menyebabkan HIV/AIDS.

Selain itu, remaja adalah tahapan dimana manusia sedang mengalami masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Dengan rasa keingintahuan yang tinggi maka remaja selalu ingin mengetahui atau mencoba hal-hal baru. Jika tidak diarahkan dengan baik maka rasa tersebut dapat menyebabkan perilaku menyimpang yang dapat menyebabkan tertularnya HIV/AIDS. Dengan demikian, sebaiknya perasaan tersebut diarahkan dengan baik agar menjadi insan yang cerdas dan berkepribadian.

Senin, 29 Juni 2015

Pragmatis: Penyakit Bangsa Indonesia

Iluastrasi: pragmatis
Akhir-akhir ini tersiar berita tentang para pejabat yang menggunakan ijazah palsu. Ada yang belum pernah menempuh pendidikan tinggi tetapi memiliki ijazah sarjana, master, bahkan doktor. Ada pula yang menempuh pendidikan tetapi universitas yang menyelenggarakan pendidikan tidak jelas. Modusnya adalah dengan membayar sejumlah beberapa uang ke universitas tersebut untuk memperoleh gelar yang diminta.

Tindakan ini adalah sebuah perilaku yang prakmatis dari seorang yang hanya ingin mendapatkan kekuasaan. Tanpa melakukan hal sebenarnya yang harus mereka lakuan. Mereka membayar begitu banyak. Berjuta-juta rupiah untuk memuluskan dirinya menjadi penguasa dengan memiliki syarat tertentu atau minimal tingkat pendidikan yang harus ditempuh. Sikap yang serakah dan tak sabar. Orang yang ingin memiliki yang mereka inginkan tanpa melalui proses yang harus dilalui.

Selain untuk mendapatkan jabatan, gelar yang didapatkan tersebut ditujukan untuk mendongkrak kehormatan. Mereka yang ingin dipandang atau dihormati secara instan menggunakan gelar palsu tersebut. Yang menjadi pertanyaanku, kenapa orang begitu menginginkan kehormatan meski dengan cara tidak baik yakni dengan menyuap?

Dengan realitas yang seperti ini nampaknya negara kita adalah negara instan.  Negara yang masyarakatnya ingin mendapatkan sesuatu secara cepat tanpa melalui proses. Ke-istanan ini adalah penyakit yang ada dalam negara kita.

Sifat dari pengen cepat tanpa melalui proses ini juga ada masyarakat kita sehari-hari. Contonya: saat lampu merah yang harusnya berhenti malah diterobos. Contoh lain yaitu saat mengantri, masyarakat kita cenderung tidak sabar untuk mengantri. Contoh ekstremnya yakni saat mengurus SIM, kebanyakan tidak melakukan tes mengemudi. Mereka lebih memilih menyuap daripada melakukan tes.

Nampaknya sifat pengen cepet tanpa melalui proses ini telah menjalar disendi kehidupan kita. Sehingga perlu ditekankan kepada masyarakat kita termasuk saya bahwa tindakan pragmatis adalah perilaku yang tidak baik. Sesuatu yang tanpa melalui proses itu tidaklah akan bermanfaat. Pada nantinya sesuatu yang tanpa proses akan menyengsarakan diri kita sendiri.

Senin, 09 Maret 2015

Perubahan Budaya Masyarakat Nusakambangan

Foto: wawancara dengan masyarakat Nusakambangan

Sekranag ini pukul 01.57, dini hari senin. Aku tak tahu kenapa diriku tak bisa terlelap malam ini. meski, mata ini pedas seakan ingin istirahat tapi tetap saja tak bisa tertidur. Di sisi lain, kepala ini rasanya pusing. Aku tak tahu kenapa kepala ini menjadi pusing. Tiba-tiba sejak kepulangan dari Komisariat Fakultas menjadi pusing. Mungin, kepala ku pusing karena aku memikirkan apa yang telah baru saja aku baca. Tadinya aku membaca perubahan nilai-nilai indonesia. dalam buku tersebut bercerita secara jelas bahwa perubahan budaya adalah keniscayaan yang harus dialami oleh manusia. Dalam perubahan budaya ini akan terjadi hilangnya kebudayaan atau kemerosotan budaya bahkan dapat terciptanya budaya baru yang dapat menggantikan budaya lama.

Buku terbitan tahun 80an ini ditulis oleh para dosen dan budayawan pada masa itu. Menarik ketika membaca tulisan  menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perubahan budaya adalah teknologi. Teknologi diciptakan manusia untuk mewujudkan kemakmuran bagi kehidupan manusia. Namun, dibalik itu semua ada dampak negatif dari adanya teknologi. Dampak negatif itu muncul ketika manusia tidak dapat menemukan budaya yang barunya ketika terjadi perubahan budaya, misalnya kejahatan.

Hal lain yang aku pikirkan adalah masyarakat Nusakambangan. Satu bulan yang lalu aku ke sana untuk melakukan penelitian. Hasil yang aku dapatkan menunjukkan telah terjadinya perubahan kebudayaan di sana. Perubahan tersebut yang pertama adalah perubahan keyakinan akan hutan Nusakambangan. Dulu masyarakat mempercayai bahwa hutan di nusakambagan adalah angker. Sehingga masyarakat takut untuk melakukan aktivitas di dalam kawasan hutan. Namun, karena adaya satu faktor, masyarakat sekarang menjadi tidak takut lagi kepada hutan di Nusakambangan, hanya sekedar harus hati-hati ketika masuk hutan. Kepercayaan yang menganggap bahwa hutan Nusakambangan angker telah hilang atau luntur.

Yang kedua adalah perubahan mata pencaharian masyarakat. dulu sebelum adanya gunung galunggung meletus dan belum terjadinya sedimentasi, masyarakat bermatapencaharian sebagai nelayan. Namun, setelah kejadian tersebut, semuanya berubah. Akibat kejadian tersebut yaitu berkurangnya ikan yang ada di segara anakan karena terjadi sedimentasi secara terus-menerus. Warga berpikiran, ada lahan di Nusakambangan kenapa tidak dimanfaatkan saja ya? Karena keadaan warga dituntut beralih profesi menjadi petani. Saat awal menjadi petani, warga belum mampu bertani secara baik. Dengan pengalaman dari kegagalan tani-tani sebelumnya, warga belajar bagaimana  menjadi petani yang baik. Mulanya, warga hanya menanam padi saja. Namun, lama kelamaan warga sadar jika mereka menanam padi saja akan merusak lahan yang ada karena topografi dari Nusakambangan adalah perbukitan. Sekarang, warga banyak yang menanam albiso sebutan untuk sengon di sana.

Kamis, 08 Januari 2015

Bukan Hanya Hujan, Ada Faktor Lain Penyebab Longsor


Foto: bencana longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah
Duka mendalam menyelimuti Desa Jemblung Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara. Seperti yang diberitakan Kedaulatan Rakyat (13/12) bahwa tanah longsor terjadi desa Jemblung pada Jumat (12/2) petang. Longsor ini menimbun sedikitnya 150 rumah warga yang berpenduduk sekitar 300 jiwa lebih.

Longsor menjadi acaman kita semua saat musim hujan datang. Hal tersebut tak terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh longsor. Longsor dapat meluluhlantakkan dan menghancurkan rumah berserta isinya bahkan menewaskan manusia.

Musim hujan identik dengan terjadinya longsor sehingga kebanyakan orang sering menyalahkan hujan yang datang. Mereka mengeluh dengan datangnya hujan karena mereka khawatir longsor akan terjadi.  Memang hujan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya longsor. Namun, jika menyalahkan hujan yang merupakan pemberian Tuhan bukanlah hal yang bijak.

Terlepas dari hujan yang dapat menyebabkan terjadinya longsor tetapi, hujan juga memberikan manfaat banyak bagi manusia. Tanpa adanya hujan manusia tidak dapat melakukan aktivitas dengan lancar. Hal ini disebabkan oleh hujan merupakan sumber utama air yang ada di bumi. Air ini dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan lain-lain. Tanpa adanya air, manusia akan kesulitan melakukan aktivitasnya.

Dengan demikian, sebaiknya, kita menerima apa yang telah Tuhan berikan termasuk hujan. Seharusnya kita merasa bersyukur dengan datangnya hujan karena manfaat yang diberikannya.

Setelah kita dapat menerima dan merasa bersyukur atas hujan yang diberikan Tuhan maka hal harus selanjutnya adalah mengoreksi diri. Kenapa longsor ini dapat terjadi? Dan apa telah aku perbuat sehingga dapat menyebabkan longsor? Itu lah pertanyaan yang ada di otak kita seharusnya.

Koreksi diri dilakukan karena longsor terjadi karena ulah manusia sebetulnya. Disamping itu, ada pandangan yang memandang longsor merupakan cobaan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Pandangan tersebut memandang longsor sepenuhnya kehendak Tuhan. Penulis tidak menampik pandangan tersebut. Memang Tuhan memberikan cobaan kepada manusia tetapi, disetiap cobaan ada hikmah atau pelajaran yang dapat diambil.

Hujan memang berpengaruh terhadap longsor. Akibat hujan terjadi peningkatan kadar air tanah sehingga menyebabkan menurunkan ketahanan batuan. Kadar air tanah yang tinggi juga menambah beban mekanik tanah. Sesuai dengan letak dan bentuk bidang gelincir, intensitas hujan yang tinggi menyebabkan terbentuknya bahan gelincir.

Akan tetapi, ada faktor lainnya berpengaruh seperti genesis morfologi lereng dan geologi batuan, sifat kembang kerut tanah, serta tektonik dan kegempaan. Sedangkan, faktor eksternal yang menyebabkan longsor adalah erosi yang intensif. Hal ini menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng. Akibatnya lereng semakin curam sehingga semakin kecil nilai kestabilannya.

Namun, kegiatan manusia juga berpengaruh terhadap terjadinya longsor. Kegiatan ini mengganggu kestabilan lereng misal dengan memotong lerengmelakukan pembangunan tidak mengindahkan tata ruang wilayah atau desa, mengganggu vegetasi penutup lahan dengan penebangan pohon melebihi batas atau tak terkendali sehingga aliran permukaan melimpah. Semua hal tersebut lah yang berpengaruh besar terjadinya  erosi yang nantinya dapat menyebabkan longsor.

Dengan argumentasi tersebut, hendaknya manusia mengoreksi dirinya terkait apa yang telah ia lakukan. Hal ini dikarenakan semua hal yang diberikan Tuhan termasuk bencana pasti ada tujuannya dan tak terlepas dari perbuatan manusia itu sendiri.