Foto: bencana longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah |
Duka mendalam menyelimuti Desa Jemblung Kecamatan
Karangkobar Kabupaten Banjarnegara. Seperti yang diberitakan Kedaulatan Rakyat (13/12)
bahwa tanah longsor terjadi desa Jemblung pada Jumat (12/2) petang. Longsor ini
menimbun sedikitnya 150 rumah warga yang berpenduduk sekitar 300 jiwa lebih.
Longsor menjadi acaman kita semua saat musim hujan
datang. Hal tersebut tak terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh longsor.
Longsor dapat meluluhlantakkan dan menghancurkan rumah berserta isinya bahkan
menewaskan manusia.
Musim hujan identik dengan terjadinya longsor sehingga
kebanyakan orang sering menyalahkan hujan yang datang. Mereka mengeluh dengan
datangnya hujan karena mereka khawatir longsor akan terjadi. Memang
hujan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya longsor. Namun, jika
menyalahkan hujan yang merupakan pemberian Tuhan bukanlah hal yang bijak.
Terlepas dari hujan yang dapat menyebabkan terjadinya
longsor tetapi, hujan juga memberikan manfaat banyak bagi manusia. Tanpa adanya
hujan manusia tidak dapat melakukan aktivitas dengan lancar. Hal ini disebabkan
oleh hujan merupakan sumber utama air yang ada di bumi. Air ini dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan lain-lain.
Tanpa adanya air, manusia akan kesulitan melakukan aktivitasnya.
Dengan demikian, sebaiknya, kita menerima apa yang
telah Tuhan berikan termasuk hujan. Seharusnya kita merasa bersyukur dengan
datangnya hujan karena manfaat yang diberikannya.
Setelah kita dapat menerima dan merasa bersyukur atas
hujan yang diberikan Tuhan maka hal harus selanjutnya adalah mengoreksi diri.
Kenapa longsor ini dapat terjadi? Dan apa telah aku perbuat sehingga dapat
menyebabkan longsor? Itu lah pertanyaan yang ada di otak kita seharusnya.
Koreksi diri dilakukan karena longsor terjadi karena
ulah manusia sebetulnya. Disamping itu, ada pandangan yang memandang longsor
merupakan cobaan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Pandangan tersebut
memandang longsor sepenuhnya kehendak Tuhan. Penulis tidak menampik pandangan
tersebut. Memang Tuhan memberikan cobaan kepada manusia tetapi, disetiap cobaan
ada hikmah atau pelajaran yang dapat diambil.
Hujan memang berpengaruh terhadap longsor. Akibat
hujan terjadi peningkatan kadar air tanah sehingga menyebabkan menurunkan
ketahanan batuan. Kadar air tanah yang tinggi juga
menambah beban mekanik tanah. Sesuai dengan letak dan bentuk bidang
gelincir, intensitas hujan yang tinggi menyebabkan terbentuknya bahan gelincir.
Akan tetapi, ada faktor lainnya berpengaruh seperti
genesis morfologi lereng dan geologi batuan, sifat kembang kerut tanah, serta
tektonik dan kegempaan. Sedangkan, faktor eksternal yang menyebabkan longsor
adalah erosi yang intensif. Hal ini menyebabkan terjadinya
penggerusan di bagian kaki lereng. Akibatnya lereng semakin curam sehingga
semakin kecil nilai kestabilannya.
Namun, kegiatan manusia juga berpengaruh terhadap
terjadinya longsor. Kegiatan ini mengganggu kestabilan lereng misal
dengan memotong lereng, melakukan pembangunan tidak mengindahkan tata ruang wilayah atau desa,
mengganggu vegetasi penutup lahan dengan penebangan pohon melebihi batas
atau tak terkendali sehingga aliran permukaan melimpah. Semua hal tersebut
lah yang berpengaruh besar terjadinya erosi yang nantinya dapat
menyebabkan longsor.
Dengan argumentasi tersebut, hendaknya manusia
mengoreksi dirinya terkait apa yang telah ia lakukan. Hal ini dikarenakan semua
hal yang diberikan Tuhan termasuk bencana pasti ada tujuannya dan tak terlepas
dari perbuatan manusia itu sendiri.