Selasa, 22 September 2015

Jokowi Belajar Menjadi Presiden RI

Foto: Presiden Joko Widodo
“Jok, piye kui presidenmu?,” tanya penjaga warung bubur kacang ijo (burjo) samiasih di dekat kosanku yang mengagetkan lamunanku di warung itu.

Sebelum menjawab dalam hati aku berkata, “kui juga presidenmu nil!”

“Piye apane nil?,” tanya ku kepada dia. Sebenarnya apa maksud pertanyaannya.

“Sekarang rupiah hampir menembus 15.000 per dolarnya. Pye iki? Sekarang semuanya pada naik, apa-apa naik. Ganti wae lah Jokowi ora pecus.” Daniel protes kepadaku. Aku menjadi tumpahan protes Daniel karena Jokowi adalah presiden yang aku pilih pada pemilu tahun 2014 kemarin.

Dengan nada acuh aku menjawab protesnya, “ah boh ben lah kono.”

Namun, sebenarnya aku tak acuh dengan masalah ini. Dalam hati aku berkata, “Ada banyak hal yang membuat ekonomi sekarang menjadi seperti ini; tetapi yang pasti Gubernur Bank Indonesia saat ini, Agus Martowijoyo, tidak berani melakukan kebijakan-kebijakan moneter untuk memulihkan keadaan ekonomi Indonesia. Sementara itu, Presiden Jokowi masih mencari “cara” untuk mengelola negeri yang begitu besar ini. Jokowi masih “belajar” menjadi presiden Indonesia.

Tidak ada komentar: