Foto: Presiden Joko Widodo |
“Jok, piye kui
presidenmu?,” tanya penjaga warung bubur kacang ijo (burjo) samiasih di dekat kosanku yang mengagetkan lamunanku di warung itu.
Sebelum menjawab dalam hati aku berkata, “kui juga
presidenmu nil!”
“Piye apane nil?,” tanya ku kepada dia. Sebenarnya apa
maksud pertanyaannya.
“Sekarang rupiah hampir menembus 15.000 per dolarnya. Pye
iki? Sekarang semuanya pada naik, apa-apa naik. Ganti wae lah Jokowi ora pecus.” Daniel protes kepadaku. Aku
menjadi tumpahan protes Daniel karena Jokowi adalah presiden yang aku pilih
pada pemilu tahun 2014 kemarin.
Dengan nada acuh aku menjawab protesnya, “ah boh ben lah
kono.”
Namun, sebenarnya aku tak acuh dengan masalah ini. Dalam
hati aku berkata, “Ada banyak hal yang membuat ekonomi sekarang menjadi seperti
ini; tetapi yang pasti Gubernur Bank Indonesia saat ini, Agus Martowijoyo,
tidak berani melakukan kebijakan-kebijakan moneter untuk memulihkan keadaan ekonomi
Indonesia. Sementara itu, Presiden Jokowi masih mencari “cara” untuk mengelola
negeri yang begitu besar ini. Jokowi masih “belajar” menjadi presiden
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar