Senin, 17 Maret 2014

Indonesia Krisis Kebudayaan

Dewasa ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis identitas dan kepribadian. Krisis identitas dan kepribadian itu terjadi hampir disetiap bidang dan lapisan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga dapat dikatakan bangsa kita sedang mengalami krisis kebudayaaan. Hal ini tercermin kala para pemegang kekuasaan banyak tergelincir di tengah jalan karena kasus korupsi yang menjeratnya. Gejala krisis tampak dalam kepribadian orang per orang warga bangsa. Namun juga tampak dalam identitas budaya berkelompok, identitas budaya berbagai kesatuan masyarakat hukum adat, berbagai komunitas etnis atau suku bangsa di daerah-daerah di seluruh Indonesia, bahkan terlihat pula dalam kehidupan kita sebagai masyarakat dan bangsa.

Krisis kebudayaan ini berlangsung cukup lama, terutama sejak krisis politik dan ekonomi tahun 1997-1998 yang membawa bangsa Indonesia kearah reformasi. Hal tersebut kemudian diikuti oleh gelombang kebebasan dan keterbukaan yang sangat luas disegala bidang selama 16-17 tahun terakhir. Sesudah reformasi bangsa Indonesia terhindar dari krisis politik dan ekonomi, sehingga perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menggeliat cukup pesat. Namun, sampai saat ini bangsa Indonesia belum dapat mengatasi krisis kebudayaan tersebut.

Indonesia sebenarnya memiliki kebudayaan nasional yang terbentuk dari adat dan kebudayaan melayu. Kebudayaan melayulah sebagai pemersatu bangsa Indonesia menjadi kesatuan kebudayaan jauh-jauh hari sebelum nusantara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejak zaman Sriwijaya kebudayaan melayu telah diterima secara luas oleh seluruh masyarakat nusantara dari Sabang samapai Merauke. Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan terbesar pertama yang mempersatukan wilayah nusantara banyak meninggalkan situs-situs prasasti yang ditemukan berbahasa Melayu. Sebelum terbentuknya Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu dan berpusat di Pulau Jawa, wilayah nusantara telah sejak lama dipersatukan oleh bahasa Melayu dan ajaran agama Budha yang berpusat di Palembang dan sekitarnya. Dengan demikian, adat dan kebudayaan melayu merupakan urat nadi dan komponen paling utama pembentuk kebudayaan nasional Indonesia.

Kebudayaan dan identitas bangsa Indonesia identik dengan kemelayuan dan kemelayuan kita tak lain adalah ke-Indonesiaan. Akan tetapi, ke-Indonesiaan kita terkena terpaan pengaruh kebudayaan asing yang sangat kental di era globalisasi saat ini di berbagai bidang. Bahkan, semua aspek kehidupan kita sehari-hari telah dijangkiti oleh pengaruh cita rasa kebudayaan asing terutama barat, seperti selera makanan, pakain, bentuk arsitektur rumah, musik serta bahasa. Tanpa disadari saat ini selera dan cita rasa semua orang telah mengalami pembaratan atau westernisasi.

Di era globalisasi kebudayaan dewasa ini, semua pengaruh kebudayaan asing merupakan hal yang tak ter hindarkan. Oleh karena itu, tak ada jalan lain kita harus memperkuat nilai tawar tradisi budaya lokal bangsa kita sendiri agar terjadi akulturasi yang seimbang. Dalam dinamika persilangan budaya dan hubungan saling pengaruh mempengaruhi antar kebudayaan dapat berlangsung dengan memberi pilihan-pilihan kreatif bagi setiap insan kebudayaan untuk mengembangkan jatidiri dan kepribadian budayanya masing-masing.

Bangsa kita tidak boleh dibiarkan tercabut dari akar budayanya sendiri karena harus melayani pengaruh budaya asing yang sangat dominan. Diperlukan upaya untuk merevitalisasi aneka adat istiadat dan tradisi budaya lokal dalam menghadapi arus pengaruh budaya asing. Untuk itu, pemerintah daerah di seluruh Indonesia selaku pemegang kekuasaan tertinggi di daerah harus membangun kesadaran baru tentang pentingnya penguatan kesadaran budaya daerahnya masing-masing.

Tidak ada komentar: