Dewasa ini bangsa
Indonesia sedang mengalami krisis identitas dan kepribadian. Krisis identitas
dan kepribadian itu terjadi hampir disetiap bidang dan lapisan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga dapat dikatakan bangsa kita sedang
mengalami krisis kebudayaaan. Hal ini tercermin kala para pemegang kekuasaan
banyak tergelincir di tengah jalan karena kasus korupsi yang menjeratnya.
Gejala krisis tampak dalam kepribadian orang per orang warga bangsa. Namun juga
tampak dalam identitas budaya berkelompok, identitas budaya berbagai kesatuan
masyarakat hukum adat, berbagai komunitas etnis atau suku bangsa di
daerah-daerah di seluruh Indonesia, bahkan terlihat pula dalam kehidupan kita
sebagai masyarakat dan bangsa.
Krisis kebudayaan ini
berlangsung cukup lama, terutama sejak krisis politik dan ekonomi tahun
1997-1998 yang membawa bangsa Indonesia kearah reformasi. Hal tersebut kemudian
diikuti oleh gelombang kebebasan dan keterbukaan yang sangat luas disegala
bidang selama 16-17 tahun terakhir. Sesudah reformasi bangsa Indonesia
terhindar dari krisis politik dan ekonomi, sehingga perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi menggeliat cukup pesat. Namun, sampai saat ini bangsa
Indonesia belum dapat mengatasi krisis kebudayaan tersebut.
Indonesia sebenarnya
memiliki kebudayaan nasional yang terbentuk dari adat dan kebudayaan melayu.
Kebudayaan melayulah sebagai pemersatu bangsa Indonesia menjadi kesatuan
kebudayaan jauh-jauh hari sebelum nusantara menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sejak zaman Sriwijaya kebudayaan melayu telah diterima secara
luas oleh seluruh masyarakat nusantara dari Sabang samapai Merauke. Kerajaan
Sriwijaya sebagai kerajaan terbesar pertama yang mempersatukan wilayah
nusantara banyak meninggalkan situs-situs prasasti yang ditemukan berbahasa
Melayu. Sebelum terbentuknya Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu dan
berpusat di Pulau Jawa, wilayah nusantara telah sejak lama dipersatukan oleh
bahasa Melayu dan ajaran agama Budha yang berpusat di Palembang dan sekitarnya.
Dengan demikian, adat dan kebudayaan melayu merupakan urat nadi dan komponen
paling utama pembentuk kebudayaan nasional Indonesia.
Kebudayaan dan
identitas bangsa Indonesia identik dengan kemelayuan dan kemelayuan kita tak
lain adalah ke-Indonesiaan. Akan tetapi, ke-Indonesiaan kita terkena terpaan
pengaruh kebudayaan asing yang sangat kental di era globalisasi saat ini di
berbagai bidang. Bahkan, semua aspek kehidupan kita sehari-hari telah
dijangkiti oleh pengaruh cita rasa kebudayaan asing terutama barat, seperti
selera makanan, pakain, bentuk arsitektur rumah, musik serta bahasa. Tanpa
disadari saat ini selera dan cita rasa semua orang telah mengalami pembaratan
atau westernisasi.
Di era globalisasi
kebudayaan dewasa ini, semua pengaruh kebudayaan asing merupakan hal yang tak
ter hindarkan. Oleh karena itu, tak ada jalan lain kita harus memperkuat nilai
tawar tradisi budaya lokal bangsa kita sendiri agar terjadi akulturasi yang
seimbang. Dalam dinamika persilangan budaya dan hubungan saling pengaruh
mempengaruhi antar kebudayaan dapat berlangsung dengan memberi pilihan-pilihan
kreatif bagi setiap insan kebudayaan untuk mengembangkan jatidiri dan
kepribadian budayanya masing-masing.
Bangsa kita tidak
boleh dibiarkan tercabut dari akar budayanya sendiri karena harus melayani
pengaruh budaya asing yang sangat dominan. Diperlukan upaya untuk
merevitalisasi aneka adat istiadat dan tradisi budaya lokal dalam menghadapi
arus pengaruh budaya asing. Untuk itu, pemerintah daerah di seluruh Indonesia
selaku pemegang kekuasaan tertinggi di daerah harus membangun kesadaran baru
tentang pentingnya penguatan kesadaran budaya daerahnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar