Senin, 21 September 2015

Menjadi Diri Sendiri Lewat Cerita Perasaan

Foto: orang ngobrol
Indonesia dikenal dengan negara yang basa basi, menurutku. Anda boleh membantahnya. Silahkan, maka saya juga basa basi ditulisan nini. Namun, sebanarnya aku bukanlah orang suka basa basi. Mungkin, tulisanku agak ribet dan muter-muter.

Aku telah sadar bahwa selama ini aku salah menilai orang lain. Dulu, aku mengangap bahwa orang lain itu tidak pernah peduli kepadaku dan tidak mau atau tidak paham atas konsdisi atau perasaanku. “Mengapa meraka tidak paham?,” otakku bertanya. Setelah beberapa minggu aku paham bahwa mereka melakukan semua itu kepadaku karena mereka tidak tahu apa yang aku rasakan.

”Gimana mau ngerti dan memahami mu nyatanya kamu tidak menceritakan pemikiran dan perasaanmu!” pikiranku menimpali. Seharusnya, menurut buku “The Power of Reciving” orang yang menyembunyikan dirinya yang sejati maka dia tidak dapat menerima dan memberi. Orang tersebut tidak akan menerima dirinya seutuhnya; dan di samping itu orang tersebut tidak akan diberi oleh orang lain. Ini pemahamanku atas buku tersebut. Sehingga jika dihubungkan dengan diriku, maka orang lain tidak dapat memahami perasaan, kondisi, dan pemikiranku karena aku tidak menceritakannya kepada orang lain. Jika aku menceritakannya maka aku akan mendapatkan perhatian dan kepedulian atau empati dari orang lain.

Dan diakhir bab ke dua buku tersebut ada kalimat yang nyambung dengan kasusku dan mungkin kasus orang lain juga. Buku tersebut menasehati, ceritakan lah perasaanmu kepada orang lain. Apa yang kamu rasakan “tolong” untuk dikatakan kepada orang lain. Hal ini dikarenakan jika kamu menceritakan apa yang menjadi perasaanmu maka kamu telah menjadi dirimu sendiri. Dirimu yang apa adanya. Bukan dirimu yang kamu buat buat. Jika orang lain tahu bahwa dirimu seperti itu maka membuka peluang bagi orang lain memberi kepadamu.

Akan tetapi, jangan mengeluh! “Dilarang mengeluh! Karena tidak ada penderitaan yang didengarkan”. Mengeluh berbeda dengan mengungkapkan perasaan yang seutuhnya. Mengeluh adalah cara kita untuk tidak dapat menerima keadaan. Sedangkan, mengungkapkan perasaan yang seutuhnya adalah cara untuk dapat menerima keadaan dan membuka peluang untuk menerima hal-hal baru.

Tidak ada komentar: