Ilustrasi: otak yang terpacu |
Kemarin
pagi sampai sore aku masih pusing banget. Aku bingung banget dengan diriku
sendiri. Aku seperti orang linglung. Kondisi dimana diriku sedang mikirin
sesuatu tetapi aku tak tahu yang sedang aku pikirkan sebenarnya apa. Begitu lah
yang aku pikirkan dan aku rasakan. Bingung bukan? Apa aku gila? Apa akan begini
terus? Ini lah pertanyaan yang muncul saat aku sedang linglung. Hah...
Akhirnya,
pada sorenya, aku gak kuat lagi. Aku putusin untuk ke GMC (lupa kepanjangannya,
semacam tempat berobat) di sekolah Vokasi. Untuk mencapai lokasinya tidak
membutuhkan waktu yang lama, hanya lima menit. Hal ini dikarenakan kos ku yang
lumayan dekat dengan tempatnya. Aku kesana bukan untuk berobat (untuk
mendapatkan obat). Namun, aku akan konsultasi dengan psikolog, mumpung ini hari
selasa. Psikolog tersebut buka setiap senin sampai rabu. “Psikolog yang paling
realistis yang hari selasa. Orangnya sekitar berumur 35 tahunan. Dia cewek”
kata temenku.
Inilah
yang dikatakan oleh psikolog tersebut kepada ku yang telah aku analisis (ini
belum lengkap, yang selengkapnya baca pada tulisan yang akan datang). “Kamu
linglung karena kondisi pikiranku sedang berada pada puncaknya. Kamu terlalu
banyak pikiran sehingga kamu menjadi linglung.” Aku masih bertanya-tanya. Akan
tetapi, ada perkataan yang membuatku tidak cemas lagi. “Ini wajar, kamu
bertanya-tanya seperti itu (antara idealisme dan realitas). Ini adalah proses
menuju dewasa.” Dalam hati aku merasa tidak khawatir lagi dengan kondisiku yang
seperti ini. Namun, ada perkataanya yang membuatku tersanjung. “Kalo kamu seperti
itu (bertanya-tanya), tandanya kamu orang yang intelek”. “Hah..Ada yang memuji
aku, Alhamdulillah,” pikirku. Dan aku menjadi bahagia dan sombong (jangan
ditiru yang sombong) rasanya.
Keesokan
harinya....
Saat
ini masih pagi dan bulan Oktober pun baru berjalan setengahnya. Pagi yang
mendung ketika kulihat ke atas (langit). Namun, tidak begitu dengan pikirannku.
Pikiranku terus berpikir hal-hal yang belum aku bisa jawab sendiri. Akhirnya kutuangkanlah
dalam sebuah tulisan agar aku gak terlalu pusing dibuatnya. Aku butuh teman
yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku ini. Pertanyaan-pertanyaan di kepala
ku, sederhana sih, soal negara. Biasanya aku sih mikirin esensi kehidupan ini
dan negara. Namun, gak tahu kenapa sekarang aku getol banget mikirin negara. Gak
tahu kenapa aku bertanya-tanya masalah negara? Apa aku mau ngurusi negara, kok
mikirin negara mulu? Itu yang menjadi pertanyaan buat diriku selanjutnya. Kemudian
diriku ngomel, “ngurus diri sendiri aja belum becos, mau ngurus negara. Joko,
Joko, ah....”
Berdasarkan
hasil analisis diriku sendiri, aku seperti itu (mikirin negara) karena dalam
diriku rasanya aku pengen jadi pemimpin yang adil dan bermafaat. “Perasaan yang
sok-sok an, emang kamu bisa seperti itu?” pikirannku memberontak.
Kuakhiri
tulisanku dengan pertanyaan-pertanyaan yang malah semakin banyak bermunculan
dalam otakku. Aku tambah pusing.
Kenpa
aku seperti ini? Menjadi seorang yang pemikir. Proses nya(menjadi seorang
pemikir) akan aku bahas pada tulisan selanjutnya.