Senin, 09 Maret 2015

Perubahan Budaya Masyarakat Nusakambangan

Foto: wawancara dengan masyarakat Nusakambangan

Sekranag ini pukul 01.57, dini hari senin. Aku tak tahu kenapa diriku tak bisa terlelap malam ini. meski, mata ini pedas seakan ingin istirahat tapi tetap saja tak bisa tertidur. Di sisi lain, kepala ini rasanya pusing. Aku tak tahu kenapa kepala ini menjadi pusing. Tiba-tiba sejak kepulangan dari Komisariat Fakultas menjadi pusing. Mungin, kepala ku pusing karena aku memikirkan apa yang telah baru saja aku baca. Tadinya aku membaca perubahan nilai-nilai indonesia. dalam buku tersebut bercerita secara jelas bahwa perubahan budaya adalah keniscayaan yang harus dialami oleh manusia. Dalam perubahan budaya ini akan terjadi hilangnya kebudayaan atau kemerosotan budaya bahkan dapat terciptanya budaya baru yang dapat menggantikan budaya lama.

Buku terbitan tahun 80an ini ditulis oleh para dosen dan budayawan pada masa itu. Menarik ketika membaca tulisan  menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perubahan budaya adalah teknologi. Teknologi diciptakan manusia untuk mewujudkan kemakmuran bagi kehidupan manusia. Namun, dibalik itu semua ada dampak negatif dari adanya teknologi. Dampak negatif itu muncul ketika manusia tidak dapat menemukan budaya yang barunya ketika terjadi perubahan budaya, misalnya kejahatan.

Hal lain yang aku pikirkan adalah masyarakat Nusakambangan. Satu bulan yang lalu aku ke sana untuk melakukan penelitian. Hasil yang aku dapatkan menunjukkan telah terjadinya perubahan kebudayaan di sana. Perubahan tersebut yang pertama adalah perubahan keyakinan akan hutan Nusakambangan. Dulu masyarakat mempercayai bahwa hutan di nusakambagan adalah angker. Sehingga masyarakat takut untuk melakukan aktivitas di dalam kawasan hutan. Namun, karena adaya satu faktor, masyarakat sekarang menjadi tidak takut lagi kepada hutan di Nusakambangan, hanya sekedar harus hati-hati ketika masuk hutan. Kepercayaan yang menganggap bahwa hutan Nusakambangan angker telah hilang atau luntur.

Yang kedua adalah perubahan mata pencaharian masyarakat. dulu sebelum adanya gunung galunggung meletus dan belum terjadinya sedimentasi, masyarakat bermatapencaharian sebagai nelayan. Namun, setelah kejadian tersebut, semuanya berubah. Akibat kejadian tersebut yaitu berkurangnya ikan yang ada di segara anakan karena terjadi sedimentasi secara terus-menerus. Warga berpikiran, ada lahan di Nusakambangan kenapa tidak dimanfaatkan saja ya? Karena keadaan warga dituntut beralih profesi menjadi petani. Saat awal menjadi petani, warga belum mampu bertani secara baik. Dengan pengalaman dari kegagalan tani-tani sebelumnya, warga belajar bagaimana  menjadi petani yang baik. Mulanya, warga hanya menanam padi saja. Namun, lama kelamaan warga sadar jika mereka menanam padi saja akan merusak lahan yang ada karena topografi dari Nusakambangan adalah perbukitan. Sekarang, warga banyak yang menanam albiso sebutan untuk sengon di sana.